GKI Peterongan

Mengosongkan Diri dan Taat Memikul Salib

“Mengecewakan….!” Satu kata yang mengungkapkan rasa kesal, marah, dan sedih telah dilontarkan dari mulut seorang ibu. Pasalnya, dia merasa Tuhan diam saja saat dia mengalami pergumulan. Doanya yang sungguh-sungguh minta kesembuhan, malah berujung pada kematian orang yang dikasihinya. Teriakannya kepada Tuhan saat diperlakukan tidak adil di pekerjaan, malah membuatnya makin terpuruk. Dia menyaksikan orang yang telah berbuat semena-mena kepadanya kini makin hebat dan berkuasa. “Mana kasih dan keadilan Tuhan….?” Doa dengan sikap rendah hati dan percaya ketika memohon, kini berubah menjadi keraguan dan protes terhadap kemampuan Tuhan.
Hal ini tidak jauh beda dengan orang-orang yang menyerukan “Hosana!” saat menyambut Tuhan Yesus masuk ke Yerusalem (Markus 11:9). Hosana berarti sudilah selamatkan kami. Kata ini menggambarkan harapan bangsa Yahudi kepada Tuhan Yesus yang dipercaya sebagai Mesias Sang pemulih kejayaan pemerintahan Daud (Markus 11:10). Mereka sudah jenuh hidup menderita dan tertindas sebagai bangsa jajahan. Namun harapan itu sirna saat Tuhan Yesus tidak berdaya dalam belenggu tentara Romawi. Seruan Hosana berubah menjadi Salibkan Dia! Mesias dihujat dan tinggalkan menderita sendirian. Mereka tidak butuh Mesias yang kalah dan mati. Mereka hanya butuh sosok yang bisa membebaskannya dari penderitaan. Tidak ada loyalitas yang abadi kecuali loyal terhadap kepentingan pribadi.
Kontras sekali dengan loyalitas dan ketaatan Kristus kepada Bapa. Jalan penderitaan ditempuh-Nya justru karena kebenaran dan kesetiaan-Nya menjalani kehendak Bapa. Dari yang berstatus Maha Tinggi telah mengosongkan/merendahkan diri-Nya menjadi seorang hamba (Filipi 2:7-8). Tidak ada sedikitpun protes yang mempertanyakan keadilan dan kuasa Allah saat Dia ada dalam penderitaan yang hebat. Hasil dari ketaatan-Nya adalah Allah sangat meninggikan Dia dan melaluinya Allah Bapa dipermuliakan (Filipi 2:9-11). Inilah teladan mulia yang telah diwariskan kepada kita. Janganlah iman kita gugur karena himpitan masalah dan penderitaan dunia. Biarlah Hosana yang kita serukan bukan lagi sebagai tuntutan, melainkan sebagai seruan yang memuliakan Allah. Dialah pengharapan dan kekuatan yang memampukan kita taat menjalani kehendak Bapa meskipun jalan yang dihadapi itu berat dan sulit. -EJo-

Ester Johanah

Arsip