Budaya risih atau perasaan “sungkan” seringkali membuat kita enggan untuk menegur seseorang yang berbuat salah. Ditambah dengan perkembangan zaman yang membuat orang semakin individualis dan acuh tak acuh seorang terhadap yang lain. Maka tak jarang kita mendengar orang berpendapat, “Ya sudahlah, itu kan urusan dia sama Tuhan, biar Tuhan saja yang menegurnya.” Alasan lain atas keengganan menyuarakan kebenaran adalah karena takut dengan ancaman dan resiko yang timbul.
Ketika Yohanes Pembaptis menegur Herodes di depan umum, tentu ia tahu betul akan ancaman dan resiko yang mungkin ia terima. Ia bisa saja dipenjara karena telah mempermalukan seorang raja di depan umum. Belum lagi Herodias, istri Herodes yang sangat membenci Yohanes Pembaptis akan menghalalkan segala cara untuk bisa membunuhnya. Namun Yohanes Pembaptis sudah muak, tidak tahan lagi dengan kebiadaban dan kebejatan yang telah dilakukan Herodes. Ia sangat mencintai Tuhan dan umat-Nya. Maka Yohanes pun memberanikan diri untuk menegur Herodes, dan tentu akhirnya harus menanggung resiko yaitu kematian dirinya. Nabi Amos juga merupakan seorang nabi yang dipanggil Allah untuk menyuarakan kebenaran-Nya dengan menegur umat Israel yang bersalah. Amos mencintai Allah dan umat-Nya. Cinta inilah yang terus mendorong Amos untuk menyuarakan kebenaran dan teguran Allah kepada bangsa Israel, meskipun harus menanggung resiko ditolak dan tidak dihiraukan.
Menyuarakan kebenaran memang bukan sebuah hal yang mudah untuk kita lakukan. Namun betapa jahat dan egoisnya kita, apabila kita hanya diam dan tidak menyuarakan kebenaran firman Tuhan ketika keluarga, saudara, atau teman kita berbuat dosa. Padahal kita tahu bahwa mereka akan binasa dalam geram kemarahan Allah atas dosa yang telah mereka lakukan. Bukankah Allah mengaruniakan keselamatan lewat karya penebusan supaya kita bisa mengasihi saudara, sama seperti Ia yang telah terlebih dahulu mengasihi kita. Lalu apakah kita sungguh-sungguh mengasihi saudara, apabila kita hanya diam saja dan tidak menegurnya atas dosa yang ia lakukan?
Marilah kita membuktikan kasih kita kepada Allah dan kepada saudara-saudari kita dengan menyuarakan kebenaran Allah agar mereka punya kesempatan untuk bertobat. Meskipun banyak ancaman dan resiko yang akan kita hadapi, percayalah Allah yang akan memampukan kita untuk menghadapinya. Soli Deo Gloria. (NES)