GKI Peterongan

Pengharapan Di Tengah Ratapan

Dikisahkan ada 4 buah lilin yang menyala, sedikit demi sedikit habis meleleh. Suasana begitu sunyi hingga terdengarlah percakapan mereka.
Lilin pertama berkata, ”Aku adalah DAMAI… Namun manusia tidak mampu menjagaku, maka lebih baik aku matikan diriku saja!” Demikian sedikit demi sedikit Sang Lilin padam. Lilin kedua berkata, ”Aku adalah IMAN… Sayang aku tak berguna lagi. Manusia tak mau mengenalku. Untuk itulah tak ada gunanya aku tetap menyala.” Begitu selesai bicara, tiupan angin pun memadamkannya. Dengan sedih giliran lilin ketiga bicara, ”Aku adalah CINTA… Tak mampu lagi aku tetap menyala. Manusia tidak lagi memandang dan menganggapku berguna. Mereka saling membenci, bahkan mereka membenci yang mencintainya, membenci keluarganya.” Tanpa menunggu waktu lama, maka matilah lilin ketiga. Tanpa terduga… seorang anak saat itu masuk ke dalam kamar dan melihat ketiga lilin telah padam. Karena takut akan kegelapan itu ia berkata, ”Ekh… apa yang terjadi? Kalian harus tetap menyala! Aku takut akan kegelapan!” Lalu anak itu pun menangis tersedu-sedu…Kemudian dengan terharu Lilin keempat berkata, ”Jangan takut, janganlah menangis, selama aku masih ada dan menyala, kita tetap dapat menyalakan ketiga lilin lainnya yang telah mati. Akulah Sang HARAPAN…!” Dengan mata bersinar, sang anak mengambil Lilin Haparan lalu menyalakan kembali ketiga Lilin lainnya.
Harapan adalah energi. Energi adalah sebuah kekuatan. Orang yang tidak memiliki harapan di sebut orang yang putus asa. Bila seseorang sudah putus asa, maka tidak ada lagi yang bisa menolongnya. Oleh sebab itu seseorang harus memiliki pengharapan dan menggantungkannya pada Yesus yang menjanjikan perlindungan dan pemeliharaan atas hidup dan masa depan sebagai orang-orang percaya. “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka. Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun seekor pun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak Bapamu. Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya” (Mat 10:28-30). Namun yang menjadi persoalan dari banyak orang percaya adalah sikap dan mentalitas terhadap janji Tuhan. Budaya instan seringkali membuat manusia ingin cepat keluar dari persoalan tanpa mengikuti proses yang harus dilalui. Ingat bahwa seorang murid tidak lebih dari gurunya atau seorang hamba dari pada tuannya. JS

Pdt. Jerdi Stevan

Arsip