Banyak orang ingin mengalami perubahan, karena merasa tidak puas dengan kondisi awal yang dimiliki. Kebanyakan rela melakukan apa saja supaya kondisi berubah menjadi seperti yang diinginkan, yang tentu dianggapnya lebih baik. Misalnya: orang yang tidak puas dengan bentuk wajahnya rela untuk menjalani operasi plastik yang mahal, yang tidak puas dengan bentuk tubuh rela menjalani diet ketat dan olahraga berat yang melelahkan, orang yang merasa tidak puas dengan tingkat perekonomiannya rela kerja banting tulang demi mendapat penghasilan lebih, orang yang tidak puas dengan kesehatannya akan mengupayakan pengobatan yang terbaik, dsb.
Berjuang untuk mendapatkan kondisi yang lebih baik tentu tidak salah. Namun pernahkah kita merasa tidak puas atas kehidupan spiritual atau karakter kita? Merasa ada sesuatu yang kurang atau ada yang salah sehingga perlu segera diperbaiki. Lalu usaha apa yang sudah kita lakukan untuk mengubahnya menjadi lebih baik? Sekeras usaha untuk mengubah penampilan kitakah, atau kita biarkan mengalir begitu saja?
Petrus merasa ada yang salah dalam dirinya. Ya, ia telah menyangkal Yesus sebanyak tiga kali. Di saat Gurunya sedang berjuang menghadapi kematian, Petrus bukannya memberi dukungan tapi malah mengkhianati-Nya. Petrus merasa dirinya sedemikian buruk. Ia ingin berubah, namun bagaimana caranya? Hingga suatu hari ketika Yesus menampakkan diri di tepi pantai dan Petrus diberitahu oleh seorang murid lain bahwa sosok itu adalah Yesus, maka ia segera berlari mendapatkan Yesus (Yoh 21:7). Ia ingin segera berjumpa dengan Yesus. Setelah acara makan bersama selesai, Yesus berbicara secara pribadi kepada Petrus dan menanyakan sesuatu yang sangat menyentuh, “Simon anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Dan Petrus pun menyatakan dengan segenap hati, “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya, “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” Yes, Tuhan mengampuni Petrus dan kembali mempercayakan sebuah tanggung jawab besar kepadanya. Hidup Petrus dipulihkan. Ia bukan lagi seorang pengkhianat yang mengasihani dirinya sendiri, melainkan ia seorang yang mengasihi Tuhannya. Perjumpaannya dengan Yesus telah mengubah hidupnya menjadi lebih berarti.
Adakah sesuatu yang salah dalam diri kita? Dan rindukah kita mengalami perubahan? Segeralah menjumpai Yesus secara pribadi. Sekian lama Ia menanti kedatangan kita dalam pelukan-Nya. Hanya perjumpaan secara pribadi dengan Yesuslah yang sanggup mengubah kehidupan kita yang kelam menjadi terang, mengubah karakter yang keras menjadi lembut. Datanglah kepada-Nya dan nikmatilah perubahan itu. (RKG)