Menyatakan kebenaran bukan hal yang mudah di zaman pragmatis seperti sekarang. Kebenaraan dinyatakan hanya jika menguntungkan diri, sebaliknya kebenaran ditutupi-tutupi jika berisiko merugikan. Ambillah contoh kasus korupsi mega proyek Hambalang. Sebelum kasus ini terungkap, tak seorangpun pelaku tindak kejahatan ini angkat bicara atau mengakui kebenaran tentang adanya pemakaian uang di proyek itu untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak mau dirugikan. Tetapi setelah KPK berhasil mengurai benang kusut kasus ini dan menemukan berbagai kecurangan, mereka berlomba-lomba memberikan kesaksian tentang apa yang benar, demi mendapatkan keringanan hukuman.
Salah satu panggilan orang percaya adalah menjadi saksi Kristus dan menyatakan kebenaran pada dunia (Kis. 1:8). Kita dapat melakukan panggilan ini dengan dua pendekatan: lewat pemberitaan Injil dan dengan gaya hidup (Mat. 28:19; Yoh. 15:8; 2 Kor. 3:2-3). Namun motivasi pragmatis perlu diwaspadai karena dapat menumpulkan peran kita sebagai pemberita kebenaran. Menjalankan tugas sebagai pemberita kebenaran bukanlah hal yang mudah. Dietrich Bonhoeffer pernah menghadapi sulitnya perjuangan mengungkapkan kebenaran ketika menghadapi kekejaman Hitler. Pada waktu itu, dia berseru-seru lewat kotbahnya; menyatakan bahwa tindakan Hitler memusnahkan bangsa Yahudi adalah sebuah kesalahan. Akibatnya, Bonhoeffer harus membayar mahal. Ia dipenjara selama dua tahun dan akhirnya mati di tiang gantungan. Bagi kita mungkin risikonya belum sebesar itu. Tetapi bisa juga terjadi penolakan, pengucilan, atau penghinaan ketika kita menyatakan kebenaran. Kalau itu terjadi, kita berhadapan dengan dua pilihan. Tetap menyatakan kebenaran dengan risiko yang tidak mengenakkan, atau ambil jalan aman dengan diam seribu bahasa. Orang-orang pragmatis tentu akan memilih diam. Tetapi mereka yang ingin menjalankan panggilan Tuhan tentu tidak akan tahan berdiam diri, ketika orang di sekitar membutuhkan kebenaran dinyatakan.
Bangsa ini membutuhkan Kristen yang berani menyatakan kebenaran melalui tutur kata dan tutur hidup mereka. Dengan itulah orang dapat mengenal Kristus sebagai Tuhan yang memberikan damai sejahtera dan keselamatan. Maukah kita menyatakan kebenaran di tengah-tengah lingkungan kita? (TA)