GKI Peterongan

Sabat Untuk Semua

Syabat berarti berhenti atau melepaskan. Alkitab mencatat bahwa satu dari tujuh hari harus diindahkan sebagai hari suci bagi Allah. Karena Allah berhenti dari pekerjaan-Nya dalam penciptaan. Istilah sabat adalah istilah yang sangat manusiawi, sebab Allah bukanlah pekerja yang lelah, yang memerlukan istirahat. Pola ini ditetapkan Allah untuk diikuti manusia. Sabat di Alkitab juga dikaitkan langsung dengan pemberian manna.  Sabat dinyatakan sebagai anugerah Allah yang diperuntukkan bagi kepentingan umatnya. Orang tidak usah bekerja pada hari sabat (mengumpulkan manna) karena jatah ganda sudah disiapkan pada hari keenam.

Sabat dikenal Israel dan perintah untuk mengindahkannya wajib dimengerti. Dalam kesepuluh hukum dijelaskan bahwa sabat itu adalah milik Tuhan. Bagi Israel melanggarnya berarti itu adalah pemberontakan bagi Allah dan dosa yang tak terampuni. Terkait dengan itu muncullah pentingnya peraturan sabat berupa hukuman berat yang dikenakkan terhadap orang yang tidak mengindahkannya. Siapa pun yang melanggarnya ia harus dihukum mati.

Awalnya sabat dibuat Allah untuk manusia agar mereka  memanfaatkannya untuk beristirahat dan memulihkan kekuatan. Namun seiring dengan waktu berdasarkan tradisi manusia, sabat berubah menjadi beban bagi manusia. Sabat tak lagi berfungsi untuk kesejahteraan manusia tetapi telah menjadi beban dan ‘dikeramatkan’. Sabat telah melenceng dari tujuan awalnya, karena itulah Yesus menentang dan mengecamnya. Yesus bukan menentang sabat itu sendiri tetapi menentang golongan Farisi yang menjadikan Firman Tuhan tidak berpengaruh karena tradisi lisan yang justru dianggap lebih penting. Yesus menentang tradisi itu dengan menyebut diri-Nya Tuhan atas sabat. Bukan sabat yang ditentang Yesus tetapi Ia menunjukkan arti sabat yang sesungguhnya bagi manusia.

Sabat dibuat untuk kesejahteraan manusia dan untuk kepentingan manusia.  Allah sebenarnya tak butuh sabat, yang butuh itu manusia.. Jadi, tidak salah makan pada hari sabat sekali pun makanan itu harus didapat dengan memetik gandum di ladang. Tidak salah berbuat baik dan menolong orang lain pada hari sabat. Menyembuhkan adalah perbuatan belas kasihan, dan Tuhan dari hari sabat itu adalah Tuhan yang penuh belas kasihan. Itulah yang Yesus tunjukkan, Yesus juga ke sinagoge pada hari sabat.

Jadi maknailah sabat sebagai hari kesejahteraan dan kebaikan untuk semua. Hari di mana kita disegarkan untuk hari – hari selanjutnya. Hari sabat itu  bukan hari penuh beban. Bukan pula hari ‘mengisolasi’ diri dari orang lain. Tetapi hari kesejahteraan kita semua karena sabat itu untuk semua oran. – PRB

Pieter Randan Bua

Arsip