Siapa yang tidak kenal Mazmur 23? Sebuah mazmur favorit yang telah menginspirasi banyak alunan lagu rohani, yang membuat orang semakin mudah untuk menghafalnya. Namun seberapa dalam mazmur ini menginspirasi kehidupan iman kita? Seberapa besar mazmur ini berpengaruh terhadap perjuangan hidup kita?
Inti pemberitaan dari Mazmur 23 terletak pada ayat pertama yang mengatakan, ”Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku.” Mengapa pemazmur berani berkata bahwa dirinya tidak akan kekurangan? Sebab pengalaman hidup dan penghayatan imannya berbicara bahwa Tuhan telah menyediakan segala sesuatu bagi dirinya. Hal ini bukan berarti pemazmur melalui jalan hidup yang serba nikmat tanpa pernah terhambat. Ia pernah merasakan kondisi penuh suka, yaitu ketika Tuhan membaringkannya di padang yang berumput hijau dan membimbingnya ke air yang tenang (ayat 2). Tuhan juga membimbingnya agar melakukan hal-hal yang benar dan segera menyadari ketika ia melakukan kesalahan (ayat 3). Ya, kehidupan yang lancar, aman, damai dan penuh berkat pernah ia rasakan. Namun pemazmur juga pernah merasakan kondisi yang penuh bahaya, berjalan dalam lembah kekelaman, serta menghadapi ancaman dari lawan. Tapi dalam kondisi tersebut pemazmur tidak takut, tidak marah, tidak frustasi, tidak menyerah, tidak menjadi pahit dan tidak berkelakuan buruk. Mengapa? Sebab dalam kondisi tersebut Tuhan tetap ada bersamanya, Tuhan tidak meninggalkannya. Tuhan menyertainya, Tuhan menghalau musuhnya dengan gada dan tongkat, Tuhan menyediakan hidangan baginya di hadapan para lawan, dan Tuhan mengurapi kepalanya dengan minyak (ayat 4-5).
Kehadiran Tuhan dalam segala perkara, suka maupun duka itulah yang membuat iman pemazmur mampu mengatakan takkan kekurangan aku, alias cukup. Cukup bukan karena kita tidak pernah sakit, tidak pernah punya masalah, tidak pernah kehabisan uang, tidak pernah gagal, tidak pernah disakiti orang, melainkan cukup karena Tuhan selalu hadir dalam kehidupan kita. Ya, itu cukup. Pemazmur yakin jika Tuhan selalu bersamanya, maka ia akan selalu merasakan kebajikan dan kemurahan (ayat 6). Kemurahan Tuhan yang memberikan kekuatan dan penghiburan saat kita mengalami berbagai masalah. Kemurahan Tuhan yang memampukan kita untuk tetap berlaku benar dan tetap berkarya sekalipun bahaya mengancam. Kemurahan Tuhan yang menghadirkan sukacita dan damai sejahtera sekalipun kondisi ekonomi kurang bersahabat. Nah, mampukah kita mengamini firman-Nya: Tuhan adalah gembalaku, takkan kekurangan aku? (RKG)