Efesus 4:1-16
Kelima jari yang kita miliki, memiliki nama, bentuk, dan kegunaan yang berbeda. Ada yang lebih tinggi dari jari lainnya, sebaliknya ada pula yang diciptakan lebih pendek. Jempol/ ibu jari seringkali digunakan untuk menyanjung dan memberi pujian, telunjuk digunakan untuk menunjuk dan memberi perintah, jari tengah sebagai yang paling tinggi seringkali menjadi sombong, jari manis terpilih untuk menjadi tempat bagi cincin yang indah, sedangkan jari kelingking sebagai yang paling kecil dan paling lemah, seringkali digunakan untuk menjadi simbol sebuah janji dan ungkapan maaf. Kelima jari tersebut diciptakan unik dan berbeda satu dengan lainnya, tetapi perbedaan tersebut tidak kemudian membuat mereka bergerak sendiri semau mereka. Dengan setiap kelebihan dan kekurangan yang mereka miliki, mereka bersatu untuk mencapai tujuan tertentu, mulai dari memegang barang, menulis, dan membantu anggota tubuh lainnya.
Sebagai anggota tubuh Kristus, kita pun tidak terluput dari perbedaan. Mulai dari perbedaan warna kulit, suku, karakter, keahlian, dan status sosial. Tetapi di tengah perbedaan tersebut, setiap kita dipanggil untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. Bacaan kita hari ini (Efesus 4:1-16) berbicara mengenai Kesatuan Jemaat dan Karunia yang berbeda-beda. Dalam bacaan tersebut Paulus menyebutkan beberapa karakter orang yang dipanggil Tuhan menjadi milik-Nya, yakni : rendah hati, lemah lembut, dan sabar (ayat 2a). Karakter tersebut hendaknya diwujudnyatakan dalam kehidupan berelasi dengan sesama, yakni dalam hal saling membantu (ayat 2b), sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan kepada kita (ayat 7).
Dalam kehidupan berelasi dengan sesama, sudahkah kita mewujudkan kasih kepada orang yang kita jumpai?? Ataukah kita memilih untuk mengutamakan kepentingan pribadi maupun kelompok kita sendiri?? Setiap karunia yang kita miliki bukan ditujukan untuk membuat kita berbangga dan menyombongkan diri sendiri. Melainkan untuk saling melengkapi satu dengan lainnya. Marilah kita mengenal setiap karunia yang ada pada kita, mensyukurinya, dan jauh lebih penting, kita menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan. Sehingga perbedaan yang kita jumpai, tidak lagi menimbulkan perpecahan melainkan boleh bersatu, saling melengkapi, dan mencapai tujuan bersama. (CFU)