GKI Peterongan

Menghakimi Atau Introspeksi Diri?

“Para pelajar dilarang merayakan Valentine’s Day dengan pesta hura-hura, karena dapat merusak moral dan budaya ketimuran bangsa kita,” demikian seruan walikota Makassar. Seorang psikolog sosial bertanya: benarkah perayaan Valentine bisa merusak moral? Pesta hura-hura pelajar tokh bisa dilakukan kapan saja, di luar hari Valentine. Lagipula yang merusak moral biasanya bukan pelajar yang pesta hura-hura di restoran atau sekolah, melainkan mereka yang diam-diam melewatkan malam berduaan di tempat kos. Atau, justru orang dewasa yang check in berduaan di hotel.
Orang suka gegabah menghakimi orang lain karena memandang diri sendiri lebih bermoral atau suci dari mereka. Dalam Luk 13:1-5, beberapa orang melaporkan kepada Yesus tentang orang-orang Galilea yang mati mengenaskan. Mereka menyangka, para korban itu besar dosanya, sampai-sampai Tuhan menghukum mereka. Yesus langsung membantah. “Tidak! Tetapi jika kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa atas cara demikian.” Pesan Yesus jelas: berhentilah menghakimi mereka dan mulai introspeksi diri. Sebab jangan-jangan kamu yang butuh pertobatan, bukannya mereka.
Kritik Yesus masih relevan. Masih banyak orang Kristen begitu marah terhadap orang Kristen lain yang melakukan dosa yang berbeda dengan yang ia lakukan. Pak Dono gencar menuding anggota jemaat yang melakukan dosa perzinahan, padahal di kantor ia sendiri suka korupsi. Bu Tuti meminta Ibu Siti tidak lagi menjadi guru sekolah minggu, sebab ia sudah bercerai. “Ia tidak bisa menjadi teladan bagi anak-anak,” celoteh Tuti. Padahal semua orang tahu, Tuti suka menyebar fitnah dan gosip. Dia pun tidak bisa menjadi teladan bagi anak!  Kecenderungan suka menghakimi orang membuat kita menjadi orang munafik. Daripada begitu, bukankah lebih baik kita jadi orang yang suka mawas diri? (JTI)

Pdt. Juswantori Ichwan

Arsip